Bayangan

Waktu terus berlalu, tapi tidak dengan kenangan....
Catatan kecil ini kembali tergores sebab ada sesuatu yang terasa menggores hati.

Selepas senja mewarnai muka cakrawala, aku sadar akan sesuatu.
Hadirku di sini, tidak lebih dari sebuah bayangan.
Ada, namun tidak dapat digenggam.
Tidak ada, namun masih tertangkap penglihatan mata.

Secara resmi, aku sudah harus hengkang dari sini. Tugas, Pekerjaan, apapun tentang tempat ini, hanya perlu aku simpan rapih dalam kotak memori.

Aku seharusnya sudah ada di sana. bertemu orang baru, beramah-tamah, melebur bersama keangkuhan dan kearifan mereka.

Namun rasanya, Aku tidak mampu memilih untuk berhenti di antara salah satu.
di sini, mereka masih butuh.
di sana, aku perlu 'sebab' agar mampu duduk terpaku. Dan di sana aku tak punya 'sebab' itu.
Hingga aku berpikir, surat itu hanya deretan kata mantra sihir yang sudah tidak sakti.

Siapa yang salah? 
Apa yang salah?
Siapa yang belum siap?
Apa yang harus dipersiapkan?

Sungguh, aku lelah menjadi bayangan. Identitasku seperti guyonan.
Kehadiranku selalu disambut puja-puji.Tapi kepergianku, mungkin ada caci maki, siapa yang tahu?
Di sini aku dipuji, di sana aku dibenci.
Di sana aku dipuji, di sini aku dibenci

Seperti bayangan yang kehilangan bendanya, hanya terik puji berbalut benci yang membakar
menyisahkan siluet hitam, kelam, tak bertuan.
Siapa tuanku? siapa yang harus aku turuti?
Aku harus bersandar di sana, atau di sini?

___________________________________

Rentetan gelisah yang merupakan kelanjutan dari postingan Pindah dan Satu Bulan di Tanah Baru.

Comments

Sering Dibaca

Pindah

Pemeran Sinta

Catatan Perjalanan dan Itinerary ke Nusa Lembongan, Nusa Ceningan, dan Nusa Penida Tahun 2018

Merenung Lewat Cerpen Tahi Lalat Karya M. Shoim Anwar

Antara Apsari dan Grahadi