Posts

Weekend di Blitar: Pantai, Wawasan Baru, dan Jajanan Legendaris

Image
  Sumber: Tripadvisor Catatan perjalanan ini barangkali bisa menjadi alternatif buat kalian yang ingin liburan singkat di Jawa Timur. Memang motivasi awalku liburan mendadak ini ya karena ingin sejenak lepas dari hectic -nya kerjaan dalam seminggu. Saat itu hanya ingin pergi jauh, belum ada tujuan jelas. Gayung bersambut, tiba-tiba sebuah notifikasi di instagram muncul. Sebuah foto bergambar tukik dan pantai, Lengkap dengan sebuah pengumuman bahwa akan ada acara pelepasan tukik alias anak penyu di Pantai Serang Blitar. Tanpa babibu, langsung Blitar menjadi tujuan liburan singkat itu .

Asal-usul Kampung Tenggilis

Image
Pada zaman dahulu, kampung Tenggilis merupakan daerah hutan yang sangat luas dan lebat. Daerah hutan ini ditumbuhi pohon-pohon yang sangat besar, rimbun, hingga hanya sedikit cahaya matahari yang dapat menembus rimbunnya hutan itu. Keadaan alam yang seperti itu membuat banyak orang menyebut hutan itu hutan yang ‘runggut’ (cikal bakal nama rungkut) atau dalam bahasa Indonesia berarti rimbun. Seiring berkembangnya zaman, hutan yang luas ini mulai digunakan penduduk sebagai tempat bermukim. Sekelompok penduduk yang bermukim di hutan runggut akhirnya membentuk wilayah-wilayah kecil di dalam Hutan Runggut. Di timur, barat, selatan, dan utara masing-masing dibangun pemukiman. Beberapa wilayah mempunyai ciri dan karakteristik maupun kebiasaan yang berbeda-beda. Sehingga tiap wilayah memiliki sebutan yang berasal dari kebiasaan atau temuan-temuan orang pada kala itu.             Pada salah satu wilayah ditemukan banyak warganya membakar kemenyan di dalam sebuah tungku api khusus yang bentuk

Muludan Hari Rayanya Anak-anak

Image
Pikiranku tiba-tiba melayang ke masa kecilku. Kala itu jalanan desa ditutup dan disulap menjadi pasar dadakan. Suara derap kaki bocah dan tawanya menyeruak di tengah suara pedagang yang saling sahut menjajahkan dagangannya. Klanting, lupis, bubur, rujak, gado-gado, es teler, es gandul, segala macam makanan dan minuman ada. Tak jarang rengekan tangis bocah juga terdengar. Biasanya, mereka menangis karena tidak dituruti orang tuanya membeli mainan. Lapak mainan memang jadi hal wajib di pasar dadakan ini selain kuliner.             Tentu saja aku pernah menjadi salah satu bocah yang merengek itu. Di tengah pasar mulud, di akhir tahun sembilan puluhan. Dulu pasar mulud memang akan selalu menjadi acara desa yang dinanti anak-anak. Pasalnya, lapak penjual mainan selalu mendominasi. Mainan yang dijual beragam dan tentu saja mainan tradisional—buatan tangan dan bukan impor. Mulai dari kapal otok-otok warna-warni yang dijalankan dengan api kecil, segala bentuk peluit bambu, pedang-pedangan, b

Catatan Perjalanan dan Itinerary ke Nusa Lembongan, Nusa Ceningan, dan Nusa Penida Tahun 2018

Image
Kali ini saya akan mencoba membuat catatan perjalanan ketika saya dan tiga teman kantor saya liburan ke Tiga Nusa Bali, yakni Nusa Lembongan, Nusa Ceningan, dan Nusa Penida. Catatan perjalanan ini saya buat karena banyaknya teman-teman yang menanyakan bagaimana dan berapa budget yang harus disiapkan. Karena males jawab satu-satu, jadinya saya berjanji untuk membuat postingan tentang liburan ini. Puji syukur, baru hari ini saya punya kesempatan dan semangat untuk membuat catatan ini. Baiklah, silakan disimak. Nusa Lembongan, Nusa Ceningan, dan Nusa Penida memang masih masuk Provinsi Bali, Ketiga nama ini merupakan nama pulau kecil yang berada di sebelah tenggara pulau Bali. Letak ketiga pulau ini lebih jelasnya dapat dilihat pada peta berikut. Kami berempat berangkat dari Surabaya sekitar pukul 19.00 WIB di hari Kamis, tanggal 16 Agustus 2018. Perjalanan kali ini kami memilih jalur darat menggunakan kendaraan mobil milik salah satu teman. Dari Surabaya ke Banyuwangi perjalanan terb

Meraba Novel Semu, Debut Zurah Budiarti sebagai Seorang Novelis [Spoiler Alert!!!]

Image
Novel Semu Karya Zurah Budiarti              Zurah Budiarti lewat novel perdananya yang berjudul Semu membuktikan bahwa mimpinya menjadi penulis bukanlah angan semu. April 2018, novel ini resmi menjadi milik publik dengan menggandeng penerbit independen Stiletto Indie Book. Keputusan Zur’ah memilih penerbit indie sebagai jalan debutnya bukanlah buah dari keputusasaan karena naskahnya sering ditolak oleh penerbit mayor. Seperti yang telah ia sampaikan saat acara peluncuran buku ini, ia memilih penerbit indie semata-mata karena tidak ingin karya perdananya mendapat intervensi dari pihak manapun. Ia menginginkan karya ini berdiri sendiri, lahir murni dari rahim kreativitas pribadi seorang Zurah Budiarti.

Kompilasi Karya untuk Memenuhi Mata Kuliah Kritik dan Esai Sastra serta Kreativitas Sastra

Postingan ini dibuat untuk memudahkan melacak karya-karya saya yang harus dinilai dosen demi kelancaran proses studi saya. Berikut daftar postingan sesuai tugas-tugas yang diberikan, dan dapat dikunjungi dengan mengeklik direct link -nya: Puisi Pertama: Mimpi yang Bersebrangan Puisi Kedua: Mata Ibu Tak Pernah Sesumringah Pagi Ini Cerpen: Lelucon Janur Kuning Kritik Puisi Di Bandara Internasional Abu Dhabi: Tentang Korupsi dan Tanah Suci - Kritik Puisi Di Bandara Internasional Abu Dhabi Karya M. Shoim Anwar Kritik Cerpen Sorot Mata Syaila: Kritik Cerpen Sorot Mata Syaila Karya M. Shoim Anwar Kritik Cerpen Tahi Lalat: Merenung Lewat Cerpen Tahi Lalat Karya M. Shoim Anwar Kritik Lirik Lagu dengan Tema Perempuan: Perjuangan Wanita dari Zaman Ismail Marzuki Hingga Zaman Beyonce Terima kasih :)

Lelucon Janur Kuning

Mimpiku sudah mati di tangan manusia. Tepat sebelas hari yang lalu, saat langit begitu cerah dan banyak minuman serta senyum merekah. Namun, hanya aku satu-satunya yang tak turut serta. Embusan asap membumbung di teras rumahku. Sangat banyak dan beraroma pop corn caramel. Sejak tadi aku hanya menggerakkan jemariku di atas keyboard . Mencoba meluapkan perasaan melalui tulisan sambil sesekali menghisap vapor. Aku pilih rasa pop corn caramel untuk menemaniku. Mengapa harus pop corn caramel? Sederhana saja, pop corn adalah cemilan untuk menonton film. Di hadapanku, sebuah penjor pernikahan yang telah berwarna coklat masih berdiri tegak. Untuk menonton sisa dari lelucon ini, aku butuh sesuatu yang beraroma pop corn. Bagiku melihat lelucon ini sama seperti menonton film. Mataku terus memandangi penjor janur kuning yang sudah mengering. Terpasang tepat di pagar rumahmu. Rumahmu dan rumahku memang seperti lagu dangdut—lima langkah dari rumah. Rumah kita saling berhadapan. Nasib