Posts

Showing posts from March, 2014

Stiletto Menuntunku Pulang

Image
Ransel merah, begitulah aku memanggilnya sebelum tahu nama aslinya. Wanita berkulit eksotis dengan rambut dikuncir ala kadarnya. Dia setia membawa ransel berwarna merah kemana-mana. Aku akui fisiknya memang tidak begitu menarik orientasiku. Namun ada sesuatu yang membuat ia berbeda dari wanita pada umumnya. Dia adalah seorang Backpacker. Sejak aku mendengar kata itu terlontar dari bibirnya yang tipis merona, perhatianku tergugah untuk menyelami kisahnya.             Mungkin itu bukan satu-satunya yang membuat aku tertarik dengannya. Ada yang lain, Cara dia berpenampilan. Mataku tak bisa lepas dari langkah kakinya ketika ku dapati dia berjalan menuju bibir pantai menggunakan sepatu stiletto. Agak aneh. Bak peragawati, dia berjalan anggun dengan stiletto kemudian perlahan duduk di batas pasir yang kering dan basah karena sapuan ombak.

Sebelas - Sebelas

Image
Sebelas November, Bukan hari yang special. Bukan hari yang harus dirayakan. Bukan juga hari yang harus dihindari. Sebelas November, hanya hari biasa tanpa perayaan apa-apa yang harus aku lalui dengan sepenuh hati.             Siang ini, Rena, sahabatku, mengajakku makan siang di warung langganan kami semasa kuliah dulu. Selain untuk mengisi perut, kami berniat menyelami kenangan Kala kami dengan bangganya mengenakan almamater berwarna kuning.             Ketika tanganku menyibak tirai kain penutup warung, Hanya lengang yang menyambut kami. Sepi, bersih. Hanya suara televisi yang menyelinap masuk ke telinga kami.

Melepasmu

"Hapus air matamu!" Satu kalimat singkat, padat, dan terlampau jelas ini pun tak mampu menghentikan air matamu. "Kenapa kamu pergi?" Suaramu bergetar. Begitu juga pundakmu. "Aku harus pergi." Dengan telunjuk, aku menghapus air matamu. Namun semua sia-sia. Tangisanmu bagai tanggul jebol.

Hari Bersamamu

Senin. Aku mengucapkan selamat pagi. berharap senyumanku dapat menyibak kalimat bedebah berbunyi I hate monday. Selasa. Aku sengaja tidak membangunkanmu pagi-pagi. Selasa pagi adalah waktu yang harus dilewati di tempat tidur. Bukan karena alasan malas, namun aku sengaja. selasa adalah jadwal khusus yang ku buat untuk melihati parasmu yang terlelap lebih lama. Aku suka melihatmu kala kau terlelap

Restoran Hayalan dan Tamunya

Image
Aku masih ingat betul. Dua puluh tahun silam, kala jalan aspal itu masih jadi pekarangan rumah kita. Bunga mulai muka pagar sampai muka pintu tidak pernah aku hafal namanya satu-satu.  Disitu kita selalu berlarian, berguling di rerumputan, dan tangkai demi tangkai bunga yang kurang beruntung selalu kita jadikan menu spesial untuk restoran hayalan kita. Dalam imaji, Restoran kita sore itu sangat ramai pengunjung. Entah sudah berapa tanaman yang kehilangan mahkotanya karena kita harus memasok persediaan restoran kita. Aku tersenyum sendiri mengingatnya. Dunia waktu itu terasa begitu menyenangkan. Walaupun sebenarnya restoran kita terancam digusur kalau Nenek sampai tahu banyak bunga yang dikorbankan. Ada satu tamu restoran yang membuat kita terkejut. Bukan tamu dalam wujud bayangan di alam imaji, namun tamu dalam arti sebenarnya. Ada, dapat dilihat, dan dapat diraba. Tapi coba saja merabanya kalau