Malam, Aku Jatuh Cinta Kepadamu

Malam tidak pernah sepekat ini sebelumnya
Dulu, malam selalu cantik berias kerlip bintang
Dulu, malam selalu melengkungkan senyum lewat bulan sabit
Dengan jemariku aku selalu mencoba merayumu
Lewat hitungan kerlip yang hanya mampu aku tunjuk dari jauh
Meski hitam, malam tidak pernah terasa kelam
Itu bagiku, dulu.

Tapi kini, Sang pujangga itu datang lalu merampas sang malam dari dekapanku.
Pujangga yang mahir meramu kata, menggelitik, memuja lalu menjamah dan menjamu sang malam
Pada perjamuannya, sang malam telah meneguk secangkir puisi yang manis
Secangkir puisi yang memabukkan hingga membuatmu jatuh ke dekapannya.
Syair-syair itu menjelma jalan setapak yang membawanya lebih dekat denganmu
Syair-syair itu menjelma pelukan hangat yang membuat mataku terasa berkarat
Syair-sayair itu menjelma apapun hingga yang kurasa hanya cemburu tanpa ampun
Semua orang barang kali setuju jika malam memang pantas disandingkan dengan pujangga
Malam dan pujangga, siapa yang tidak terbius oleh kecocokan itu?
Manusia mana yang tidak mengamini perpaduan itu?
Siapa yang mampu menolak syahdu malam berselimut puisi indah?
Jelas malam adalah pasangan sang pujangga
Kini aku mengerti kenapa malam berwarna hitam kemudian terasa kelam
Malam menghitam dan kelam karena hangus terbakar api cemburu
Malam, aku cemburu pada pujangga itu
Aku cemburu pada kesaktian pujangga itu
Ah Sudahlah, Apa dayaku sebagai seorang bocah yang tak mampu merengkuhmu
Apa dayaku yang hanya mampu menunjuk dan merayumu dari jauh
Apa daya jemariku yang tak mampu menjelma jalan setapak, pelukan, atau apapun
Namun dengarkan aku, Malam
Percayalah padaku, Malam
Malam, Aku jatuh cinta kepadamu.

Comments

Sering Dibaca

Pindah

Pemeran Sinta

Catatan Perjalanan dan Itinerary ke Nusa Lembongan, Nusa Ceningan, dan Nusa Penida Tahun 2018

Merenung Lewat Cerpen Tahi Lalat Karya M. Shoim Anwar

Antara Apsari dan Grahadi