Tanya untuk Cinta


                Kalau dalam ilmu fisika, cinta itu termasuk benda apa?
                Padat, mungkin saja. toh dia kekal dan tetap ada sampai kapanpun.
                Cair, mungkin juga. Dia bisa menembus celah hati terkecil. Bahkan bisa menempati hati manapun dan siapapun, apapun bentuknya. Entah itu manusia, hewan, setan, bahkan makhluk mikro sekalipun. Semua mahluk bisa menjadi wadah untuk cinta.
                Atau mungkin cinta termasuk benda gas?
                Bisa jadi. Kenyataannya, cinta hanya bisa dirasa namun tak bisa diraba dan dipegang.
                Jadi, cinta termasuk benda apa?
                Mungkin jika pertanyaan awal tadi tanpa ditambah embel-embel fisika, jawabannya adalah benda gaib. Dia ada. Hidup bersama kita, di alam yang berbeda tapi masih satu dunia. Kendati kita tidak dapat melihat wujud fisiknya, kita hanya perlu merasakan dan mengimani keberadaannya.
                Kalau begitu, cinta itu benda gaib yang jahat atau baik?
                Entahlah. Kadang cinta memihak surga, kadang cinta memihak neraka. kadang cinta menjadi pondasi kastil sakinah. kadang cinta jadi akar berduri zinah.
                Bicara soal surga neraka, jadi penasaran. Apakah cinta punya agama? Jika punya, dia ikut agama yang mana? Apakah Islam? Kristen? Katholik? Budha? Hindu? Konghucu? Yahudi? Atau… dia justru tak beragama?
                Nah! Mungkin tak beragama jawaban yang tepat.
Dia tidak takut dosa. Dia tak jarang melanggar petuah-petuah dalam kitab suci. Dia menumbuhkan dosa yang terkutuk: Pria cinta pria, wanita cinta wanita, anak menikahi ibu, manusia bercinta dengan hewan. Cinta benar-benar keterlaluan dan tak takut dosa. Dia jahat, dia keparat. Kasihan orang yang punya cinta seperti ini. gara-gara sang keparat bernama cinta, mereka dikucilkan. Mereka terkutuk dan harus menanggung dosa yang cinta buat.
                Lalu, jika sudah seperti itu, masih pantaskah cinta disebut anugrah?
                Masih.
                Cinta selalu membuat kita bertanya. Cinta selalu membuat kita belajar. Belajar saling berbagi, belajar saling menerima, dan belajar merelakan. Tidak punya cinta berarti tidak mempunyai pertanyaan. Tidak punya pertanyaan berarti tidak punya jawaban. Tidak punya jawaban berarti tidak punya ilmu. Jadi, bersyukurlah kita masih punya anugrah yang bernama cinta.
                Jadi, kesimpulannya cinta itu apa?
                Kesimpulannya, cinta tetaplah cinta. Meski berjuta pujangga kau tanyai makna cinta, cinta tetaplah cinta. Cinta memang misterius. Mungkin hanya cinta yang mampu menandingi kemisteriusan segitiga Bermuda. Tidak ada satupun yang mampu menjelaskan secara harfiah apa itu cinta, kecuali sang maha cinta dan cinta itu sendiri.

Mencoba bertanya dengan sepenuh cinta,
Namun jawabannya masih sama. “Entahlah. Biar tetap menjadi rahasia sang pencipta.”


Surabaya, 15 Juni 2013

Comments

Sering Dibaca

Pindah

Pemeran Sinta

Catatan Perjalanan dan Itinerary ke Nusa Lembongan, Nusa Ceningan, dan Nusa Penida Tahun 2018

Merenung Lewat Cerpen Tahi Lalat Karya M. Shoim Anwar

Antara Apsari dan Grahadi