Tentang Korupsi dan Tanah Suci – Kritik Puisi Di Bandara Internasional Abu Dhabi Karya M. Shoim Anwar
Puisi ini secara umum mengisahkan tentang kondisi
hukum di negara kita, Indonesia. Secara khusus menyoroti isu yang tidak pernah ada
matinya, yakni korupsi. Korupsi dan tingkah-laku para koruptor selalu menjadi
obrolan segar nan menggemaskan bagi masyarakat. M. Shoim Anwar lewat puisi
berjudul Di Bandara Internasional Abu Dhabi seperti menangkap kesegaran dan
kegemesan tersebut. Bahkan, lewat karyanya ini, penulis seolah dapat
menggambarkan bagaimana keadaan koruptor yang sedang buron namun tetap bisa
hidup tenang di negara orang.
Puisi
ini dibuka dengan tempat publik, bandara Internasional Abu Dhabi. Lewat cara
ini, penulis seperti mencoba
menggambarkan bahwa di tempat umum saja, koruptor yang berstatus buron masih
bisa mondar-mandir. Berikut bunyi bait pertama puisi ini.
di bandara internasional abu dhabi
di bawah atap replika daun-daun kurma
kulihat kau berhijab dari dahi hingga ke kaki
abayamu melindung sempurna hingga mencium tanah
di bandara internasional abu dhabi
kau pun berkaos dan celana pendek ketat melekat
urat kulitmu menyapa hingga ke pangkal paha
kulihat kau berhijab dari dahi hingga ke kaki
abayamu melindung sempurna hingga mencium tanah
di bandara internasional abu dhabi
kau pun berkaos dan celana pendek ketat melekat
urat kulitmu menyapa hingga ke pangkal paha
sambil mengunyah coklat yang manis
dirasa
menuding perhiasan emas permata
dibayar dengan komisi dari pihak
ketiga
sebagai pelicin membuka usaha
Pada bait pertama ini, penulis juga terlihat seperti
mengecam keras tindakan koruptor yang pergi ke luar negeri berdalih untuk
ibadah. Hal ini tersirat dalam kalimat ‘kulihat kau berhijab dari dahi hingga ke kaki’ dilanjut baris selanjutnya ‘abayamu melindung sempurna hingga mencium tanah’. Namun, di baris-baris selanjutnya
digambarkan bahwa orang tersebut juga memakai pakaian ketat melekat. Kemudian dilanjut
dengan kalimat urat kulitmu menyapa
hingga ke pangkal paha. Menurut pemahaman saya terhadap puisi ini,
seseorang yang mengenakan abaya tertutup dan seseorang yang berpakaian ketat
sesungguhnya adalah orang yang sama. Abaya dan pakaian ketat merupakan simbol.
Meskipun seseorang memakai setelan abaya dan terlihat alim, namun dengan mata
kebenaran, hal buruk (disimbolkan dengan pakaian ketat) akan dapat tetap terlihat.
Bahkan pada kalimat urat kulitmu menyapa
hingga ke pangkal paha merupakan tamparan keras bagi koruptor yang sedang
digambarkan. Pasalnya, apa yang ada di pangkal paha merupakan kemaluan. Sehingga,
tindakan atau perilaku yang dilakukan koruptor dalam ilustrasi puisi ini
levelnya sama seperti benda yang ada di pangkal paha: alat kelamin. Sama-sama
menjijikkan dan tidak baik untuk diumbar.
Pada
bait berikutnya, digambarkan bagaimana leluasanya buronan KPK yang sedang
jalan-jalan di luar negeri—yang dalam puisi ini disimbolkan dengan bandara
internasional Abu Dhabi. Seseorang yang diilustrasikan dapat sesenang hati
berganti pakaian dan memakai pakaian sesukanya. Hal inilah yang menggambarkan leluasanya
buronan KPK yang sedang jalan-jalan di luar negeri. Pada bait selanjutnya juga
digambarkan bagaimana keleluasaan itu sampai pada kebebasan mengakses
informasi. Bait puisi tersebut yakni sebagai berikut.
di
bandara internasional abu dhabi
kau
kenakan surban putih bersih
kacamata
gelap pelindung matahari
lalu
ganti stelan jas hitam berdasi
atau jins belel berlubang-lubang kayak ditembak kompeni
di bandara internasional abu
dhabi
sambil buka video kau
manggut-anggut dengan pasti
seperti sapi menyeret gerobak pedati
teman-temanmu ngotot seperti tak punya hati
ingin membubarkan komisi
antikorupsi
cari seribu alasan untuk
menembak mati
menganggap rakyat tak
ngerti kalau dibodohi
sejatinya mereka takut diborgol
masuk bui
Keputusan penulis dalam memilih Bandara Internasional
Abu Dhabi sebagai latar dan central poin dari puisi ini dinilai bukan hal
main-main. Penulis seolah berusaha mengkritik keadaan sosial masyarakat kita
yang menilai segala sesuatu tentang arab, tentang timur tengah adalah sesuatu
yang baik dan suci. Bahkan, sering terdengar anggapan semacam: “Dia kan sudah haji, tidak mungkin melakukan
hal itu!” Orang yang berhaji pasti orang baik, dan orang yang ke tanah
suci, atau ke negara timur tengah pasti orang baik. Dogma masyarakat yang demikianlah
yang coba penulis kritik. Sebab di tanah suci ternyata koruptor hanya berpura-pura
ibadah untuk menghindari hukuman. Hal demikian diperkuat pada bagian berikut.
di uni emirat ini kau datang
tanpa penghalang
berdalih ziarahi bumi nabi-nabi
sambil belanja mencuci uang korupsi
berdalih ziarahi bumi nabi-nabi
sambil belanja mencuci uang korupsi
Mencuci uang korupsi. Bagian inilah yang menegaskan
kritik terhadap keadaan sosial yang telah dijelaskan sebelumnya. Koruptor dalam
puisi ini digambarkan sengaja kabur ke tanah suci untuk “mencuci” dosa-dosanya. Berusaha membangun citra pada publik bahwa
dirinya ini orang baik. Dan orang baik pasti berangkat ke tanah suci.
Jika dirasakan, puisi ini sungguh
disayangkan masih mengambang. Puisi ini sesungguhnya sangat satire, namun
penulis terkesan masih menahan-nahan apa yang ada di kepalanya. Menurut saya,
puisi ini akan lebih terasa dan tersampaikan pesannya jika benar-benar
disampaikan dengan sangat satire.
Namun
Pada intinya, puisi berjudul Di Bandara Internasional Abu Dhabi karya M. Shoim
Anwar sangatlah aktual karena mengangkat topik yang sedang hangat di
masyarakat. Selain itu, metafora-metofora yang sederhana membuat puisi ini
lebih membumi.
Berikut teks lengkap puisi berjudul Di
Bandara Internasional Abu Dhabi karya M. Shoim Anwar.
DI BANDARA INTERNASIONAL ABU DHABI
Karya: M. Shoim Anwar
di bandara
internasional abu dhabi
di bawah atap
replika daun-daun kurma
kulihat kau berhijab dari dahi hingga ke kaki
abayamu melindung sempurna hingga mencium tanah
di bandara internasional abu dhabi
kau pun berkaos dan celana pendek ketat melekat
urat kulitmu menyapa hingga ke pangkal paha
kulihat kau berhijab dari dahi hingga ke kaki
abayamu melindung sempurna hingga mencium tanah
di bandara internasional abu dhabi
kau pun berkaos dan celana pendek ketat melekat
urat kulitmu menyapa hingga ke pangkal paha
sambil
mengunyah coklat yang manis dirasa
menuding
perhiasan emas permata
dibayar
dengan komisi dari pihak ketiga
sebagai
pelicin membuka usaha
di bandara internasional abu dhabi
kau kenakan surban putih bersih
kacamata gelap pelindung matahari
lalu ganti stelan jas hitam berdasi
atau jins belel berlubang-lubang kayak ditembak
kompeni
di bandara internasional abu dhabi
saat buka seluler kau tersenyum sendiri:
temanmu
pura-pura sakit jantung dan merintih
saat mau diperiksa
komisi antikorupsi
lari ke rumah sakit bertarif mahal sekali
minta diselimuti
kain putih empuk begini
diinfus agar kayak orang mau mati
membayar pengacara
bicara tak henti-henti
dan minta cepat
pulang saat dibebaskan nanti
di bandara
internasional abu dhabi
sambil buka video
kau manggut-anggut dengan pasti
seperti sapi menyeret gerobak pedati
teman-temanmu ngotot seperti tak punya hati
ingin membubarkan
komisi antikorupsi
cari seribu alasan
untuk menembak mati
menganggap rakyat
tak ngerti kalau dibodohi
sejatinya mereka
takut diborgol masuk bui
di uni emirat ini kau datang tanpa penghalang
berdalih ziarahi bumi nabi-nabi
sambil belanja mencuci uang korupsi
mengolor waktu tak hendak pulang lagi
dengan pasti menanti putusan bebas murni
kerna pengadilan begitu murah untuk dibeli
Abu
Dhabi-Surabaya, 2017
Comments
Post a Comment