Kenangan Senja Sang Gadis Kecil
Baru saja air mataku menetes mengingat sosok yang kini hanya dapat aku lihat pusaranya. Tepat satu tahun lalu, disaat senja yang sama, wanita dengan sorot mata tenang itu mengamini doa yang aku panjatkan di depan makam Ayah. Namun siapa yang dapat meyangka, kini wanita yang dulu mengamini doaku, hanya dapat merasakan satu-satunya doa yang mampu aku hadiahkan padanya tanpa bisa mengamini, atau sekedar berkata terimakasih. Warna senja masih sama, jingga. Gundukan awan berpendar juga tetap sama, namun tidak dengan gundukan tanah di depan mataku. Satu tahun yang lalu masih satu, sekarang sudah berjumlah dua. Terlalu cepat rasanya membuat gundukan tanah ini berbeda. Aku teringat dengan wanita ini semasa hidupnya. Saat wanita itu dengan bebas menatap senja, bebas memukuli anak semata wayangnya jika senja lebih dulu hadir daripada anaknya, dan selalu tersen...