Posts

Showing posts from 2016

Ibu dan Bolu Kukus

Image
Pagi ini sedikit berbeda. Tidak hanya ada aroma segelas kopi, tidak hanya ada aroma roti yang baru mencuat dari mesin pembakar roti. Pagi ini seisi ruang dikepung aroma vanilla, coklat, dan pandan. Entah hari apa ini, yang pasti langit bersih tanpa ada awan sedikitpun. Lalu wajah itu, wajah yang kian hari semakin berkerut tampak begitu merona. Bersinar seolah cerah hari ini bersumber darinya. Sesaat Ibu sadar dengan kehadiranku. Ibu sedikit menoleh dan melempar senyum selepas mengucap selamat pagi. Senyuman itu selalu sama, terasa damai dan menghangatkan meski tanpa sentuh atau pelukan.

Teruntuk 12:12

Image
Kau boleh saja menuduhku membual.  Tapi hari ini, semesta seolah menampik tuduhanmu.  Setiap bibir berkata seirama denganku. Lepas tawa berjamaah sore ini, akankah kau masih menuduhku membual? 

Kurusak Mimpi Putraku

Sejak kebodohan dan amarah menguasai diriku, air mata demi air mata selalu mengucur di dalam rumah sederhana kami. Setiap pagi, putra semata wayangku hanya duduk terpaku menatap sekotak krayon dan buku gambar kesayangannya. Melihat peristiwa itu, Kemudian setetes air selalu merayap turun dari sepasang mataku, Juga dari sepasang mata istriku. Saat itu terjadi, istriku dalam tangis yang tertahan kemudian mengatakan, “Untuk apa menyesali nasi yang terlanjur jadi bubur?”

Pemeran Sinta

Image
Dari balik pintu aku mendengar suara hitungan. Imajiku langsung berkelana, membayangkan dirimu memainkan sampur. Melangkah bergerak gemulai mengikuti hitungan. Menarikan jiwa sinta agar peranmu semakin mantap. Tidakkah kau tahu wahai pemeran dewi sinta di pelataran candi Prambanan, aku mencintaimu seperti dirimu mencintai seni tari. Itulah sebabnya aku terpaku, mengurungkan niatku untuk mengetuk pintu karena tidak mau mengganggu percumbuanmu dengan seni tari yang kau cintai.             Mendengar suara hitungan gerakmu dari balik pintu, Aku jadi teringat bagaimana kita dulu pertama kali bertemu.             Kala itu minggu-minggu pertama aku tinggal di kota Jogja dan disambut oleh gerimis. Aku bergegas mengangkat jemuran yang hampir kering di pekarangan. Tidak hanya aku, seluruh penghuni indekos yang lain berhamburan menyelamatkan cucian masing-masing. Kecuali dirimu. Entah kenapa saat itu pintu kamarmu tertutup.             Cucian di depan pekarangan kamarmu memang tak ban